Permainan dalam matematika
Pengertian Permainan Matematika
Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional dalam pengajaran matematika baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Seorang guru matematika harus pandai dalam memilih permainan yang akan digunakan, karena permainan yang akan digunakan itu bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa, tetapi permainan tersebut harus me nunjang tujuan instruksional pengajaran matematika serta pelaksanaannya harus terencana. Dengan tercapainya tujuan instruksional pengajaran, pelaksanaan permainan matematika dalam pembelajaran tidak akan sia-sia dan membuang waktu. Jadi, permainan matematika bisa menjadi salah satu alatyang efektif untuk pembelajaran.
Salah satu contoh yang saya ambil dalam permainan ini adalah tentang keliling lapangan. Dimana dalam permaianan meskipun santai dan mengasikkan tapi sangat dibutuhkan keseriusan dalam permainan sehingga akan menghasilkan klimaks yang maksimal. Ayo kita simak cara main dalam permainan pembelajaran matematika ini.
Mencari Keliling Lapangan
Tujuan :
• Mengembangkan kemampuan dalam perkiraan.
• Maltih kemampuan dalam pengukuran.
• Mempelajari hubungan antara penjumlahan dan perkalian.
• Melatih kemampuan analogi siswa.
• Melatih kemampuan berkreasi Kelas 3.
• Materi : geometri.
• Jumlah Pemain :1 tim (3 orang)
Alat dan bahan :
alat pengukuran, kertas, pensil, dan lapangan olahraga atau taman.
Cara Pemainan :
• Pada babak pertama, semua tim diwajibkan mengukur keliling lapangan tanpa menggunakan alat. Mereka bisa mengukur keliling lapangan dengan anggota tubuh, misalnya jengkal, depa, atau langkah.
• Sebelumknya, meraka mengukur terlebih dahulu panjang satu jengkal, satu depa, satu langkah, dan sebagainya dengan alat ukur. Misalnya, 1 jengkal sama dengan 20 cm, 1 depa sama dengan 100 cm, dan seterusnya.
• Mereka menuliskan hasil pengukuran di kertas dalam satuan meter.
• Pada babak kedua, semua tim mengukur keliling lapangan dengan alat-alat di sekitar. Misalnya, tali, kayu dan sebagainya.
• Sama seperti sebelumnya, para pemain mengukur terlebih dahulu panjang dari alat yang akan digunakan.
• Mereka menuliskan hasil pengukuran di kertas dalam satuan meter.
• Pada babak ketiga, semua tim beserta guru mengukur keliling lapangan secara bersama-sama dengan menggunakan alat ukur.
• Guru mengumumkan keliling lapangan yang sesungguhnya. Pemenang adalah tim yang hasil pengukurannya sama dengan atau hasil yang sebenarnya.
variasi: menggunakan konsep pengukuran, berat, volume atau konsep pengukuran lainnya.
Kesimpulan :
Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap permainan tidak bisa disebut permainaan matematika karena permainan dalam pembelajaran matematika merupakan suatu permainaan yang bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa tetapi permainaan matematika dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional dalam pengajaran matematika baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dimana aspek kognitif itu sendiri adalah segi kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran. Aspek afektif adalah kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran.Sedangkan aspek psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani.
Minggu, 20 Juni 2010
Sabtu, 19 Juni 2010
PEMANFAATAN BARANG BEKAS UNTUK MATEMATIKA
PEMANFAATAN KORAN BEKAS DALAM BELAJAR BANGUN DATAR
Dedikasi : Koran disini ditujukan untuk anak SD yang belum belajar bangun datar.
Bahan- bahan:
1. Koran bekas
2. Pensil
3. Penggaris
4. Kardus bekas
5. Gunting
6. Lem
Persiapan:
1. Ambil Koran, dibuat sketsa gambar bangun datar yang akan dibuat lalu gunting.
2. Buat juga sketsa nya pada kardus dan digunting.
3. Selanjutnya Koran tadi dilengketkan pada kardus yang telah digunting sehingga bentuknya lebih tebal. Bisa juga menggunakan barang atau kertas lain misalnya majalah bekas atau tabloid, dll.
Peragaan:
Koran disini berfungsi sebagai alat peragaan. Guru memperagakan bangun-bangun datar tadi dan memperkenakannya satu- satu sehingga anak menjadi tahu apa-apa saja bangun datar tersebut.
Dalam bentuk permainan:
Dalam satu kelas dibagi menjadi 2 kelompok atau lebih. Masing- masing kelompok dibagi 5 buah gambar bangun datar yang telah yang masing- masing gambar telah tertera soal-soal. Didepan kelas letakkan sebanyak mungkin gambar bangun datar yang ditaruh didalam kardus. Setelah itu intruksikan kepada siswa untuk mencari gambar yang sama dalam kardus yang berada didepan dengan catatan gambar tersebut harus berisi jawaban dari soalyang tertera pada gambar yang diberikan tadi. Waktunya juga harus ditentukan. Misalnya hanya 2-3 menit saja. Setiap kelompok juga tidak perlu semunya maju kedepan tetapi hanya utusannya saja yaitu 2-3 orang
Dedikasi : Koran disini ditujukan untuk anak SD yang belum belajar bangun datar.
Bahan- bahan:
1. Koran bekas
2. Pensil
3. Penggaris
4. Kardus bekas
5. Gunting
6. Lem
Persiapan:
1. Ambil Koran, dibuat sketsa gambar bangun datar yang akan dibuat lalu gunting.
2. Buat juga sketsa nya pada kardus dan digunting.
3. Selanjutnya Koran tadi dilengketkan pada kardus yang telah digunting sehingga bentuknya lebih tebal. Bisa juga menggunakan barang atau kertas lain misalnya majalah bekas atau tabloid, dll.
Peragaan:
Koran disini berfungsi sebagai alat peragaan. Guru memperagakan bangun-bangun datar tadi dan memperkenakannya satu- satu sehingga anak menjadi tahu apa-apa saja bangun datar tersebut.
Dalam bentuk permainan:
Dalam satu kelas dibagi menjadi 2 kelompok atau lebih. Masing- masing kelompok dibagi 5 buah gambar bangun datar yang telah yang masing- masing gambar telah tertera soal-soal. Didepan kelas letakkan sebanyak mungkin gambar bangun datar yang ditaruh didalam kardus. Setelah itu intruksikan kepada siswa untuk mencari gambar yang sama dalam kardus yang berada didepan dengan catatan gambar tersebut harus berisi jawaban dari soalyang tertera pada gambar yang diberikan tadi. Waktunya juga harus ditentukan. Misalnya hanya 2-3 menit saja. Setiap kelompok juga tidak perlu semunya maju kedepan tetapi hanya utusannya saja yaitu 2-3 orang
Senin, 14 Juni 2010
PEMANFAATAN ALAM SEKITAR UNTUK MATEMATIKA
PEMANFAATAN ALAM SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Mengajar matematika merupakan suatu karsa dengan nila seni tinggi. Matematika sebagai mata pelajaran dengan kategori ”momok” bagi sebagian siswa (meskipun belum tentu yang paling sulit) menuntut guru matematika mau dan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang mujarab. Perlu kepedulian terhadap siswa dan kejelian terhadap kemampuannya dengan detail yang tinggi.
Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam seni mengajar untuk ”membekali” siswa dengan matematika kontemporer yang sesuai. Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam usaha memotivasi siswa, terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas, yang sering kita jumpai dalam kelas.
Kebanyakan guru mempunyai kiat tersendiri dalam mengajar. Namun, guru yang cermat selalu mencari ide dan teknik baru untuk diterapkan di kelasnya
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
PEMANFAATAN MEDIA DAUN
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
TV dan DVD player tidak bisa dimanfaatkan, mungkin saja di sekolah tidak ada yang bisa mengoperasikan media itu. Bila benar begitu, tentu hal ini kedengarannya aneh. Sebab di zaman yang maju seperti yang kita ketahui bersama, ternyata ada sekolah yang penghuninya tidak bisa mengoperasikan TV dan DVD player. Padahal kedua barang tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat kota hingga ke pelosok desa. Tetapi bila TV dan DVD tidak bisa dimanfaatkan karena diamankan dirumah pengelolah sekolah, dengan alasan keamanan, maka alasan itu tentu bisa diterima. Walau ada juga yang tidak setuju dengan alasan semacam itu.
Media pembelajaran yang harganya mahal memang membutuhkan pengamanan yang lebih agar tidak dijarah pencuri. Selain masalah pengamanan, media pembelajaran yang harganya mahal perlu perawatan yang intensif. Sebab media yang mahal biasanya berupa barang elektronik. Bila salah dalam perawatan, maka media elektronik tersebut tidak akan berumur panjang.
Berbeda dengan media pembelajaran elektronik yang harganya mahal, media pembelajaran organik dengan bahan baku dari dedaunan dan biji-bijian harganya murah meriah. Selain itu, ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Murah, karena tidak harus membeli. Bahan-bahannya mudah di dapat. Terutama bagi yang tinggal dipedesaan. Ramah lingkungan, karena bahan organik mudah diurai oleh bakteri. Mudah diperbaharui, karena bila selesai dipakai bahan-bahan itu bisa didapatkan dengan mudah. Dan tumbuh subur ketika musim penghujan.
DAUN DAN PELEPAH PISANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BANGUN DATAR
Media pembelajaran berbahan dasar pelepah daun pisang ini mereka kembangkan di kelas IV SD Sagan. Alat peraga materi bangun datar dan bangun ruang yang mereka ciptakan bentuknya sama dengan alat peraga yang biasa digunakan. ''Tidak ada kesulitan. Ini sama dengan yang biasa ada di pasaran kok. Bedanya cuma material untuk membuatnya,'' katanya.
Menurutnya, pelepah pisang adalah material yang sangat potensial. Jumlahnya banyak dan bisa didapat dengan mudah. ''Tapi belum banyak dimanfaatkan. Bahkan lebih banyak terbuang. Dengan memprosesnya kembali menjadi barang lain, semoga nilainya bertambah,'' harapnya.
Selain jauh lebih murah, pelepah daun pisang juga aman bagi anak-anak. ''Tidak akan menimbulkan cedera,'' tambahnya singkat. Untuk membuat alat peraga bangun datar dan bangun ruang, tidak sembarang pelepah bisa digunakan. Pohon pisang yang digunakan adalah yang buahnya sudah dipanen dan punya batang berkualitas baik. Pelepah yang digunakan adalah pelepah bagian luar hingga pelepah kelima pada batang pohonnya. ''Setelah pelepah kelima tidak kami pakai karena terlalu lunak dan lemas,'' tutur Fina. Batang yang sudah dipilih dibuat lembaran tipis dan dijemur hingga benar-benar kering di bawah sinar matahari.
''Menjemur hingga benar-benar kering penting agar nantinya pelepah tidak berjamur,'' terangnya. Bila pelepah sudah benar-benar kering, pelepah dilapisi melamin dan diwarnai agar tampilannya lebih menarik. ''Ada juga yang kami tambahkan karton pada sisinya agar kuat dan bentuknya bagus. Kami juga membutuhkan bambu untuk rangka bangun ruang,'' ujarnya. Merekatkan bambu, karton, dengan pelepah pisang juga tidak terlalu rumit. Cukup menggunakan lem kayu. Setelah disatukan dan diberi warna yang menarik, media pembelajaran yang murah, mudah dibuat, dan ramah lingkungan pun tercipta. ''Kalau sudah jadi, kita bisa pakai ini sebagai media belajar.
Daun pisang, daun jati dan biji-bijian, seperti buncis, bisa dijadikan media pembelajaran pada pembelajaran matematika SD maupun SMP. Penggunaan media buncis lebih praktis dan efektif untuk menanamkan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sedangkan daun pisang maupun daun jati atau daun-daun pohon yang lain bisa digunakan sebagai media pembelajaran bagun sisi datar. Terutama untuk mejelaskan konsep luas segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran. Dengan media dedaunan kita bisa menurunkan atau menemukan rumus luas jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang. Caranya, gunting bangun datar tersebut sedikian rupa hasilnya bisa disusun membentuk persegi panjang.
Selain itu, media daun bisa juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana hubungan sudut pusat suatu lingkaran dengan sudut kelilingnya. Dan media daun meski terbatas pada ukuran tertentu, ternyata bisa juga digunakan untuk menunjukkan jaring-jaring bagun ruang seperti kubus, balok, prisma, limas, dan kerucut.
Dedaunan dan biji-bijian mudah dijumpai dalam realitas keseharian siswa. Sehingga pembelajaran yang menggunakan media dedaunan dan biji-bijian secara sengaja atau tidak telah menghadirkan nuansa pembelajaran yang realistis yang kontekstual. Dan media dedaunan dan biji-bijian lebih mudah diperoleh serta tidak harus membeli. Sementara itu, media karton atau mika sedikit banyak harus mengeluarkan uang, apalagi multimedia. Jadi, selain murah meriah, ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui, ternyata media pembelajaran organik tidak bertentangan dengan seruan KTSP. Sehingga tidak berlebihan bila dedaunan dan biji-bijian sebagai media pembelajaran alternatif ditengah naiknya harga BBM dan melambungnya harga bahan pokok makanan.
PEMBELAJARAN OPERASI ALJABAR DENGAN MEDIA DAUN
Pembelajaran operasi aljabar melalui pembelajaran dengan menggunakan media daun ini dimulai dengan penyusunan langkah-langkahnya sebagai berikut :
Alat dan Bahan yang Diperlukan :
1. Daun Mangga
2. Daun Jambu
3. Daun Rambutan
mengumpulkan tiga jenis daun ini dengan jumlah masing-masing 20 lembar. Daun tersebut harus dengan tangkainya. Piranti lainnya adalah tali rafia, selotif, gunting, pisau, spidol kertas, dan bolpoint.
Petunjuk Menyelesaikan Operasi Pada Bentuk Aljabar dengan Menggunakan Media Daun Sebagai Berikut :
Misalkan media daun yang digunakan sebagai berikut.
Lambang Nama Daun
x Daun Mangga
y Daun Jambu
z Daun Rambutan
Dapat digunakan dalam operasi :
1). Penjumlahan
a). Suku dengan koefisien positif dilambangkan dengan daun tegak, sedangkan suku dengan koefisien negatif dilambangkan dengan daun dalam posisi terbalik.
b). Menjumlahkan suku sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun sejenis. Misalkan 3x + 2x berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, hasilnya 5 daun mangga..Artinya 3x + 2x = 5x.
c). Menjumlahkan suku sejenis tetapi berlainan koefisien berarti mengurangkan. Misalkan z + (–2z) berarti 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (posisi terbalik), hasilnya 1 daun rambutan yang posisinya terbalik. Hal tersebut diartikan z + (–2z) = – 1z = –z.
d). Menjumlahkan suku tidak sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun-daun yang sejenis. Misalkan 3x + z + 2x + (–2z) berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, sedangkan 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (terbalik). Hasilnya 5 daun mangga dan 1 daun rambutan (terbalik). Ini berarti 3x + z + 2x + (–2z) = 5x + (–z) = 5x – 2z.
2). Pengurangan
Mengurangkan berarti menjumlahkan dengan kebalikannya. Misalkan 2x – 5x diubah menjadi 2x + (–5x). Artinya 2 daun mangga digabungkan dengan 5 daun mangga (terbalik). Hasilnya 3 daun mangga terbalik, artinya 2x – 5x = –3x. Sedangkan –3y + 4z – (–2y) diubah menjadi –3y + 4z +2y berarti 3 daun jambu (terbalik) digabungkan dengan 2 daun jambu hasilnya 1 daun jambu (terbalik), sedangkan 4 daun rambutan tetap. Artinya –3y + 4z – (–2y) = –y + 4z.
3). Perkalian
a). Koefisien tidak dilambangkan dengan jumlah daun sehingga dalam perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien seperti operasi bilangan bulat.
b). Variabel dilambangkan dengan daun dalam posisi berjajar. Misalkan xy dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun jambu.
c). Tanda pangkat dilambangkan dengan daun yang diikat dengan tali rafia sebanyak pangkatnya. Misalkan x, x dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun mangga, dan selanjutnya dapat diwakili oleh satu daun mangga yang diikat dengan 2 tali (sama juga dengan dua daun mangga tersebut yang diikat jadi satu dengan 2 tali rafia). y2z dilambangkan dengan satu daun jambu yang diikat 2 tali dijajar dengan satu daun rambutan.
d). Dalam mengerjakan perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien sedangkan variabel dikalikan dengan variabel. Misalkan 3xz (–2z) berarti koefisiennya : 3 x (–2) = –6, sedangkan variabelnya: xz, dan z dilambangkan dengan satu daun mangga, satu daun rambutan, dan satu daun rambutan. Karena daun rambutan ada dua lembar, maka bentuk di atas menjadi satu daun mangga dan satu daun rambutan yang diikat dengan dua tali. Artinya 3xz x (–2y) = [3 x (–2)] [ xz x z ] = –6 xz2.
4). Pembagian
a). Pembagian variabel dilambangkan dengan pengurangan daun yang mewakili variabel yang dibagi oleh daun yang mewakili variabel pembagi. Variabel yang dibagi diletakkan di bagian atas sedangkan variabel pembagi diletakkan di bagian bawah. Misal x2y3z : x2y dilambangkan dengan 2 daun mangga, 3 daun jambu, dan 1 daun rambutan dikurangi dengan 2 daun mangga dan 1 daun jambu. Hasilnya adalah sisa pengurangan tersebut yaitu 2 daun jambu dan 1 daun rambutan. Jadi, x2y3z : x2y = y2z.
Cara lain: x2y3z : x2y dilambangkan dengan cara berikut.
Yang dibagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, daun pandan wangi diikat dengan 3 tali, dan satu daun rambutan.
Pembagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, dan satu daun jambu.
Hasilnya sama dengan cara sebelumnya.
5). Substitusi
a). Substitusi dilakukan dengan menempelkan kertas yang diberi angka pada daun yang maksud. Misalkan x = 3 dan y = –10 disubstitusikan pada –2x + z, maka dua daun mangga ditempeli kertas bertuliskan angka 3 dan satu daun rambutan ditempeli selotif bertuliskan angka –10. Hasilnya adalah (–2 3) + –6 + (–10) = –16.
b). Pengerjaan operasi gabungan tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat disesuaikan dengan urutan pengerjaan operasi pada bilangan.
Kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1) Dua suku atau lebih dapat ditambahkan atau dikurangkan jika variabelnya sama.
2) Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar.
3) Operasi perkalian dan pembagian antara dua suku atau lebih pada bentuk aljabar dikerjakan dengan cara koefisien dikali atau dibagi dengan koefisien, sedangkan variabel-variabel yang dapat disederhanakan adalah variabel-variabel sejenis. Variabel yang tidak sejenis tetap eksis.
4) Hasil perkalian dan pembagian dua variabel atau lebih dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu bentuk pangkat.
5) Tingkatan operasi pada bentuk aljabar sama dengan tingkatan operasi bilangan, yaitu:
a). pangkat dan akar
b) kali dan bagi
c). tambah dan kurang
.
http://blog.unila.ac.id/imadesulatra/archives/213
http://belajarmatematikaitumudah.blogspot.com/
http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaran-matematika/ [...]
http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=111983
Mengajar matematika merupakan suatu karsa dengan nila seni tinggi. Matematika sebagai mata pelajaran dengan kategori ”momok” bagi sebagian siswa (meskipun belum tentu yang paling sulit) menuntut guru matematika mau dan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang mujarab. Perlu kepedulian terhadap siswa dan kejelian terhadap kemampuannya dengan detail yang tinggi.
Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam seni mengajar untuk ”membekali” siswa dengan matematika kontemporer yang sesuai. Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam usaha memotivasi siswa, terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas, yang sering kita jumpai dalam kelas.
Kebanyakan guru mempunyai kiat tersendiri dalam mengajar. Namun, guru yang cermat selalu mencari ide dan teknik baru untuk diterapkan di kelasnya
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
PEMANFAATAN MEDIA DAUN
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
TV dan DVD player tidak bisa dimanfaatkan, mungkin saja di sekolah tidak ada yang bisa mengoperasikan media itu. Bila benar begitu, tentu hal ini kedengarannya aneh. Sebab di zaman yang maju seperti yang kita ketahui bersama, ternyata ada sekolah yang penghuninya tidak bisa mengoperasikan TV dan DVD player. Padahal kedua barang tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat kota hingga ke pelosok desa. Tetapi bila TV dan DVD tidak bisa dimanfaatkan karena diamankan dirumah pengelolah sekolah, dengan alasan keamanan, maka alasan itu tentu bisa diterima. Walau ada juga yang tidak setuju dengan alasan semacam itu.
Media pembelajaran yang harganya mahal memang membutuhkan pengamanan yang lebih agar tidak dijarah pencuri. Selain masalah pengamanan, media pembelajaran yang harganya mahal perlu perawatan yang intensif. Sebab media yang mahal biasanya berupa barang elektronik. Bila salah dalam perawatan, maka media elektronik tersebut tidak akan berumur panjang.
Berbeda dengan media pembelajaran elektronik yang harganya mahal, media pembelajaran organik dengan bahan baku dari dedaunan dan biji-bijian harganya murah meriah. Selain itu, ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Murah, karena tidak harus membeli. Bahan-bahannya mudah di dapat. Terutama bagi yang tinggal dipedesaan. Ramah lingkungan, karena bahan organik mudah diurai oleh bakteri. Mudah diperbaharui, karena bila selesai dipakai bahan-bahan itu bisa didapatkan dengan mudah. Dan tumbuh subur ketika musim penghujan.
DAUN DAN PELEPAH PISANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BANGUN DATAR
Media pembelajaran berbahan dasar pelepah daun pisang ini mereka kembangkan di kelas IV SD Sagan. Alat peraga materi bangun datar dan bangun ruang yang mereka ciptakan bentuknya sama dengan alat peraga yang biasa digunakan. ''Tidak ada kesulitan. Ini sama dengan yang biasa ada di pasaran kok. Bedanya cuma material untuk membuatnya,'' katanya.
Menurutnya, pelepah pisang adalah material yang sangat potensial. Jumlahnya banyak dan bisa didapat dengan mudah. ''Tapi belum banyak dimanfaatkan. Bahkan lebih banyak terbuang. Dengan memprosesnya kembali menjadi barang lain, semoga nilainya bertambah,'' harapnya.
Selain jauh lebih murah, pelepah daun pisang juga aman bagi anak-anak. ''Tidak akan menimbulkan cedera,'' tambahnya singkat. Untuk membuat alat peraga bangun datar dan bangun ruang, tidak sembarang pelepah bisa digunakan. Pohon pisang yang digunakan adalah yang buahnya sudah dipanen dan punya batang berkualitas baik. Pelepah yang digunakan adalah pelepah bagian luar hingga pelepah kelima pada batang pohonnya. ''Setelah pelepah kelima tidak kami pakai karena terlalu lunak dan lemas,'' tutur Fina. Batang yang sudah dipilih dibuat lembaran tipis dan dijemur hingga benar-benar kering di bawah sinar matahari.
''Menjemur hingga benar-benar kering penting agar nantinya pelepah tidak berjamur,'' terangnya. Bila pelepah sudah benar-benar kering, pelepah dilapisi melamin dan diwarnai agar tampilannya lebih menarik. ''Ada juga yang kami tambahkan karton pada sisinya agar kuat dan bentuknya bagus. Kami juga membutuhkan bambu untuk rangka bangun ruang,'' ujarnya. Merekatkan bambu, karton, dengan pelepah pisang juga tidak terlalu rumit. Cukup menggunakan lem kayu. Setelah disatukan dan diberi warna yang menarik, media pembelajaran yang murah, mudah dibuat, dan ramah lingkungan pun tercipta. ''Kalau sudah jadi, kita bisa pakai ini sebagai media belajar.
Daun pisang, daun jati dan biji-bijian, seperti buncis, bisa dijadikan media pembelajaran pada pembelajaran matematika SD maupun SMP. Penggunaan media buncis lebih praktis dan efektif untuk menanamkan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sedangkan daun pisang maupun daun jati atau daun-daun pohon yang lain bisa digunakan sebagai media pembelajaran bagun sisi datar. Terutama untuk mejelaskan konsep luas segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran. Dengan media dedaunan kita bisa menurunkan atau menemukan rumus luas jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang. Caranya, gunting bangun datar tersebut sedikian rupa hasilnya bisa disusun membentuk persegi panjang.
Selain itu, media daun bisa juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana hubungan sudut pusat suatu lingkaran dengan sudut kelilingnya. Dan media daun meski terbatas pada ukuran tertentu, ternyata bisa juga digunakan untuk menunjukkan jaring-jaring bagun ruang seperti kubus, balok, prisma, limas, dan kerucut.
Dedaunan dan biji-bijian mudah dijumpai dalam realitas keseharian siswa. Sehingga pembelajaran yang menggunakan media dedaunan dan biji-bijian secara sengaja atau tidak telah menghadirkan nuansa pembelajaran yang realistis yang kontekstual. Dan media dedaunan dan biji-bijian lebih mudah diperoleh serta tidak harus membeli. Sementara itu, media karton atau mika sedikit banyak harus mengeluarkan uang, apalagi multimedia. Jadi, selain murah meriah, ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui, ternyata media pembelajaran organik tidak bertentangan dengan seruan KTSP. Sehingga tidak berlebihan bila dedaunan dan biji-bijian sebagai media pembelajaran alternatif ditengah naiknya harga BBM dan melambungnya harga bahan pokok makanan.
PEMBELAJARAN OPERASI ALJABAR DENGAN MEDIA DAUN
Pembelajaran operasi aljabar melalui pembelajaran dengan menggunakan media daun ini dimulai dengan penyusunan langkah-langkahnya sebagai berikut :
Alat dan Bahan yang Diperlukan :
1. Daun Mangga
2. Daun Jambu
3. Daun Rambutan
mengumpulkan tiga jenis daun ini dengan jumlah masing-masing 20 lembar. Daun tersebut harus dengan tangkainya. Piranti lainnya adalah tali rafia, selotif, gunting, pisau, spidol kertas, dan bolpoint.
Petunjuk Menyelesaikan Operasi Pada Bentuk Aljabar dengan Menggunakan Media Daun Sebagai Berikut :
Misalkan media daun yang digunakan sebagai berikut.
Lambang Nama Daun
x Daun Mangga
y Daun Jambu
z Daun Rambutan
Dapat digunakan dalam operasi :
1). Penjumlahan
a). Suku dengan koefisien positif dilambangkan dengan daun tegak, sedangkan suku dengan koefisien negatif dilambangkan dengan daun dalam posisi terbalik.
b). Menjumlahkan suku sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun sejenis. Misalkan 3x + 2x berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, hasilnya 5 daun mangga..Artinya 3x + 2x = 5x.
c). Menjumlahkan suku sejenis tetapi berlainan koefisien berarti mengurangkan. Misalkan z + (–2z) berarti 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (posisi terbalik), hasilnya 1 daun rambutan yang posisinya terbalik. Hal tersebut diartikan z + (–2z) = – 1z = –z.
d). Menjumlahkan suku tidak sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun-daun yang sejenis. Misalkan 3x + z + 2x + (–2z) berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, sedangkan 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (terbalik). Hasilnya 5 daun mangga dan 1 daun rambutan (terbalik). Ini berarti 3x + z + 2x + (–2z) = 5x + (–z) = 5x – 2z.
2). Pengurangan
Mengurangkan berarti menjumlahkan dengan kebalikannya. Misalkan 2x – 5x diubah menjadi 2x + (–5x). Artinya 2 daun mangga digabungkan dengan 5 daun mangga (terbalik). Hasilnya 3 daun mangga terbalik, artinya 2x – 5x = –3x. Sedangkan –3y + 4z – (–2y) diubah menjadi –3y + 4z +2y berarti 3 daun jambu (terbalik) digabungkan dengan 2 daun jambu hasilnya 1 daun jambu (terbalik), sedangkan 4 daun rambutan tetap. Artinya –3y + 4z – (–2y) = –y + 4z.
3). Perkalian
a). Koefisien tidak dilambangkan dengan jumlah daun sehingga dalam perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien seperti operasi bilangan bulat.
b). Variabel dilambangkan dengan daun dalam posisi berjajar. Misalkan xy dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun jambu.
c). Tanda pangkat dilambangkan dengan daun yang diikat dengan tali rafia sebanyak pangkatnya. Misalkan x, x dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun mangga, dan selanjutnya dapat diwakili oleh satu daun mangga yang diikat dengan 2 tali (sama juga dengan dua daun mangga tersebut yang diikat jadi satu dengan 2 tali rafia). y2z dilambangkan dengan satu daun jambu yang diikat 2 tali dijajar dengan satu daun rambutan.
d). Dalam mengerjakan perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien sedangkan variabel dikalikan dengan variabel. Misalkan 3xz (–2z) berarti koefisiennya : 3 x (–2) = –6, sedangkan variabelnya: xz, dan z dilambangkan dengan satu daun mangga, satu daun rambutan, dan satu daun rambutan. Karena daun rambutan ada dua lembar, maka bentuk di atas menjadi satu daun mangga dan satu daun rambutan yang diikat dengan dua tali. Artinya 3xz x (–2y) = [3 x (–2)] [ xz x z ] = –6 xz2.
4). Pembagian
a). Pembagian variabel dilambangkan dengan pengurangan daun yang mewakili variabel yang dibagi oleh daun yang mewakili variabel pembagi. Variabel yang dibagi diletakkan di bagian atas sedangkan variabel pembagi diletakkan di bagian bawah. Misal x2y3z : x2y dilambangkan dengan 2 daun mangga, 3 daun jambu, dan 1 daun rambutan dikurangi dengan 2 daun mangga dan 1 daun jambu. Hasilnya adalah sisa pengurangan tersebut yaitu 2 daun jambu dan 1 daun rambutan. Jadi, x2y3z : x2y = y2z.
Cara lain: x2y3z : x2y dilambangkan dengan cara berikut.
Yang dibagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, daun pandan wangi diikat dengan 3 tali, dan satu daun rambutan.
Pembagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, dan satu daun jambu.
Hasilnya sama dengan cara sebelumnya.
5). Substitusi
a). Substitusi dilakukan dengan menempelkan kertas yang diberi angka pada daun yang maksud. Misalkan x = 3 dan y = –10 disubstitusikan pada –2x + z, maka dua daun mangga ditempeli kertas bertuliskan angka 3 dan satu daun rambutan ditempeli selotif bertuliskan angka –10. Hasilnya adalah (–2 3) + –6 + (–10) = –16.
b). Pengerjaan operasi gabungan tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat disesuaikan dengan urutan pengerjaan operasi pada bilangan.
Kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1) Dua suku atau lebih dapat ditambahkan atau dikurangkan jika variabelnya sama.
2) Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar.
3) Operasi perkalian dan pembagian antara dua suku atau lebih pada bentuk aljabar dikerjakan dengan cara koefisien dikali atau dibagi dengan koefisien, sedangkan variabel-variabel yang dapat disederhanakan adalah variabel-variabel sejenis. Variabel yang tidak sejenis tetap eksis.
4) Hasil perkalian dan pembagian dua variabel atau lebih dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu bentuk pangkat.
5) Tingkatan operasi pada bentuk aljabar sama dengan tingkatan operasi bilangan, yaitu:
a). pangkat dan akar
b) kali dan bagi
c). tambah dan kurang
.
http://blog.unila.ac.id/imadesulatra/archives/213
http://belajarmatematikaitumudah.blogspot.com/
http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaran-matematika/ [...]
http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=111983
Senin, 24 Mei 2010
media pembelajaran matematika
FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
1. Definisi Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
2. Posisi Media Pembelajaran.
Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.
3. Ciri-ciri umum media pembelajaran yaitu:
1. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
2. Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.
4. Media pembelajaran memiliki pangertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pembelajaran dapat digunakan secara masal (misalnya radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu
4. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran (iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat Diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya
media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
10. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.
12. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan).
14. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
15. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.
5. JENIS- JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang.
A. MEDIA VISUAL
1. Media yang tidak diproyeksikan
a. Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
b. Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
c. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.
2. Media proyeksi
1. Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP).
2. Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
B. MEDIA AUDIO
1. Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
2. Kaset-audio
Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.
C. MEDIA AUDIO-VISUAL
1. Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
2. Media komputer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.
Jumat, 26 Maret 2010
Langganan:
Komentar (Atom)






