Permainan dalam matematika
Pengertian Permainan Matematika
Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional dalam pengajaran matematika baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Seorang guru matematika harus pandai dalam memilih permainan yang akan digunakan, karena permainan yang akan digunakan itu bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa, tetapi permainan tersebut harus me nunjang tujuan instruksional pengajaran matematika serta pelaksanaannya harus terencana. Dengan tercapainya tujuan instruksional pengajaran, pelaksanaan permainan matematika dalam pembelajaran tidak akan sia-sia dan membuang waktu. Jadi, permainan matematika bisa menjadi salah satu alatyang efektif untuk pembelajaran.
Salah satu contoh yang saya ambil dalam permainan ini adalah tentang keliling lapangan. Dimana dalam permaianan meskipun santai dan mengasikkan tapi sangat dibutuhkan keseriusan dalam permainan sehingga akan menghasilkan klimaks yang maksimal. Ayo kita simak cara main dalam permainan pembelajaran matematika ini.
Mencari Keliling Lapangan
Tujuan :
• Mengembangkan kemampuan dalam perkiraan.
• Maltih kemampuan dalam pengukuran.
• Mempelajari hubungan antara penjumlahan dan perkalian.
• Melatih kemampuan analogi siswa.
• Melatih kemampuan berkreasi Kelas 3.
• Materi : geometri.
• Jumlah Pemain :1 tim (3 orang)
Alat dan bahan :
alat pengukuran, kertas, pensil, dan lapangan olahraga atau taman.
Cara Pemainan :
• Pada babak pertama, semua tim diwajibkan mengukur keliling lapangan tanpa menggunakan alat. Mereka bisa mengukur keliling lapangan dengan anggota tubuh, misalnya jengkal, depa, atau langkah.
• Sebelumknya, meraka mengukur terlebih dahulu panjang satu jengkal, satu depa, satu langkah, dan sebagainya dengan alat ukur. Misalnya, 1 jengkal sama dengan 20 cm, 1 depa sama dengan 100 cm, dan seterusnya.
• Mereka menuliskan hasil pengukuran di kertas dalam satuan meter.
• Pada babak kedua, semua tim mengukur keliling lapangan dengan alat-alat di sekitar. Misalnya, tali, kayu dan sebagainya.
• Sama seperti sebelumnya, para pemain mengukur terlebih dahulu panjang dari alat yang akan digunakan.
• Mereka menuliskan hasil pengukuran di kertas dalam satuan meter.
• Pada babak ketiga, semua tim beserta guru mengukur keliling lapangan secara bersama-sama dengan menggunakan alat ukur.
• Guru mengumumkan keliling lapangan yang sesungguhnya. Pemenang adalah tim yang hasil pengukurannya sama dengan atau hasil yang sebenarnya.
variasi: menggunakan konsep pengukuran, berat, volume atau konsep pengukuran lainnya.
Kesimpulan :
Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap permainan tidak bisa disebut permainaan matematika karena permainan dalam pembelajaran matematika merupakan suatu permainaan yang bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa tetapi permainaan matematika dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional dalam pengajaran matematika baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dimana aspek kognitif itu sendiri adalah segi kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran. Aspek afektif adalah kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran.Sedangkan aspek psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani.
Minggu, 20 Juni 2010
Sabtu, 19 Juni 2010
PEMANFAATAN BARANG BEKAS UNTUK MATEMATIKA
PEMANFAATAN KORAN BEKAS DALAM BELAJAR BANGUN DATAR
Dedikasi : Koran disini ditujukan untuk anak SD yang belum belajar bangun datar.
Bahan- bahan:
1. Koran bekas
2. Pensil
3. Penggaris
4. Kardus bekas
5. Gunting
6. Lem
Persiapan:
1. Ambil Koran, dibuat sketsa gambar bangun datar yang akan dibuat lalu gunting.
2. Buat juga sketsa nya pada kardus dan digunting.
3. Selanjutnya Koran tadi dilengketkan pada kardus yang telah digunting sehingga bentuknya lebih tebal. Bisa juga menggunakan barang atau kertas lain misalnya majalah bekas atau tabloid, dll.
Peragaan:
Koran disini berfungsi sebagai alat peragaan. Guru memperagakan bangun-bangun datar tadi dan memperkenakannya satu- satu sehingga anak menjadi tahu apa-apa saja bangun datar tersebut.
Dalam bentuk permainan:
Dalam satu kelas dibagi menjadi 2 kelompok atau lebih. Masing- masing kelompok dibagi 5 buah gambar bangun datar yang telah yang masing- masing gambar telah tertera soal-soal. Didepan kelas letakkan sebanyak mungkin gambar bangun datar yang ditaruh didalam kardus. Setelah itu intruksikan kepada siswa untuk mencari gambar yang sama dalam kardus yang berada didepan dengan catatan gambar tersebut harus berisi jawaban dari soalyang tertera pada gambar yang diberikan tadi. Waktunya juga harus ditentukan. Misalnya hanya 2-3 menit saja. Setiap kelompok juga tidak perlu semunya maju kedepan tetapi hanya utusannya saja yaitu 2-3 orang
Dedikasi : Koran disini ditujukan untuk anak SD yang belum belajar bangun datar.
Bahan- bahan:
1. Koran bekas
2. Pensil
3. Penggaris
4. Kardus bekas
5. Gunting
6. Lem
Persiapan:
1. Ambil Koran, dibuat sketsa gambar bangun datar yang akan dibuat lalu gunting.
2. Buat juga sketsa nya pada kardus dan digunting.
3. Selanjutnya Koran tadi dilengketkan pada kardus yang telah digunting sehingga bentuknya lebih tebal. Bisa juga menggunakan barang atau kertas lain misalnya majalah bekas atau tabloid, dll.
Peragaan:
Koran disini berfungsi sebagai alat peragaan. Guru memperagakan bangun-bangun datar tadi dan memperkenakannya satu- satu sehingga anak menjadi tahu apa-apa saja bangun datar tersebut.
Dalam bentuk permainan:
Dalam satu kelas dibagi menjadi 2 kelompok atau lebih. Masing- masing kelompok dibagi 5 buah gambar bangun datar yang telah yang masing- masing gambar telah tertera soal-soal. Didepan kelas letakkan sebanyak mungkin gambar bangun datar yang ditaruh didalam kardus. Setelah itu intruksikan kepada siswa untuk mencari gambar yang sama dalam kardus yang berada didepan dengan catatan gambar tersebut harus berisi jawaban dari soalyang tertera pada gambar yang diberikan tadi. Waktunya juga harus ditentukan. Misalnya hanya 2-3 menit saja. Setiap kelompok juga tidak perlu semunya maju kedepan tetapi hanya utusannya saja yaitu 2-3 orang
Senin, 14 Juni 2010
PEMANFAATAN ALAM SEKITAR UNTUK MATEMATIKA
PEMANFAATAN ALAM SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Mengajar matematika merupakan suatu karsa dengan nila seni tinggi. Matematika sebagai mata pelajaran dengan kategori ”momok” bagi sebagian siswa (meskipun belum tentu yang paling sulit) menuntut guru matematika mau dan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang mujarab. Perlu kepedulian terhadap siswa dan kejelian terhadap kemampuannya dengan detail yang tinggi.
Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam seni mengajar untuk ”membekali” siswa dengan matematika kontemporer yang sesuai. Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam usaha memotivasi siswa, terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas, yang sering kita jumpai dalam kelas.
Kebanyakan guru mempunyai kiat tersendiri dalam mengajar. Namun, guru yang cermat selalu mencari ide dan teknik baru untuk diterapkan di kelasnya
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
PEMANFAATAN MEDIA DAUN
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
TV dan DVD player tidak bisa dimanfaatkan, mungkin saja di sekolah tidak ada yang bisa mengoperasikan media itu. Bila benar begitu, tentu hal ini kedengarannya aneh. Sebab di zaman yang maju seperti yang kita ketahui bersama, ternyata ada sekolah yang penghuninya tidak bisa mengoperasikan TV dan DVD player. Padahal kedua barang tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat kota hingga ke pelosok desa. Tetapi bila TV dan DVD tidak bisa dimanfaatkan karena diamankan dirumah pengelolah sekolah, dengan alasan keamanan, maka alasan itu tentu bisa diterima. Walau ada juga yang tidak setuju dengan alasan semacam itu.
Media pembelajaran yang harganya mahal memang membutuhkan pengamanan yang lebih agar tidak dijarah pencuri. Selain masalah pengamanan, media pembelajaran yang harganya mahal perlu perawatan yang intensif. Sebab media yang mahal biasanya berupa barang elektronik. Bila salah dalam perawatan, maka media elektronik tersebut tidak akan berumur panjang.
Berbeda dengan media pembelajaran elektronik yang harganya mahal, media pembelajaran organik dengan bahan baku dari dedaunan dan biji-bijian harganya murah meriah. Selain itu, ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Murah, karena tidak harus membeli. Bahan-bahannya mudah di dapat. Terutama bagi yang tinggal dipedesaan. Ramah lingkungan, karena bahan organik mudah diurai oleh bakteri. Mudah diperbaharui, karena bila selesai dipakai bahan-bahan itu bisa didapatkan dengan mudah. Dan tumbuh subur ketika musim penghujan.
DAUN DAN PELEPAH PISANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BANGUN DATAR
Media pembelajaran berbahan dasar pelepah daun pisang ini mereka kembangkan di kelas IV SD Sagan. Alat peraga materi bangun datar dan bangun ruang yang mereka ciptakan bentuknya sama dengan alat peraga yang biasa digunakan. ''Tidak ada kesulitan. Ini sama dengan yang biasa ada di pasaran kok. Bedanya cuma material untuk membuatnya,'' katanya.
Menurutnya, pelepah pisang adalah material yang sangat potensial. Jumlahnya banyak dan bisa didapat dengan mudah. ''Tapi belum banyak dimanfaatkan. Bahkan lebih banyak terbuang. Dengan memprosesnya kembali menjadi barang lain, semoga nilainya bertambah,'' harapnya.
Selain jauh lebih murah, pelepah daun pisang juga aman bagi anak-anak. ''Tidak akan menimbulkan cedera,'' tambahnya singkat. Untuk membuat alat peraga bangun datar dan bangun ruang, tidak sembarang pelepah bisa digunakan. Pohon pisang yang digunakan adalah yang buahnya sudah dipanen dan punya batang berkualitas baik. Pelepah yang digunakan adalah pelepah bagian luar hingga pelepah kelima pada batang pohonnya. ''Setelah pelepah kelima tidak kami pakai karena terlalu lunak dan lemas,'' tutur Fina. Batang yang sudah dipilih dibuat lembaran tipis dan dijemur hingga benar-benar kering di bawah sinar matahari.
''Menjemur hingga benar-benar kering penting agar nantinya pelepah tidak berjamur,'' terangnya. Bila pelepah sudah benar-benar kering, pelepah dilapisi melamin dan diwarnai agar tampilannya lebih menarik. ''Ada juga yang kami tambahkan karton pada sisinya agar kuat dan bentuknya bagus. Kami juga membutuhkan bambu untuk rangka bangun ruang,'' ujarnya. Merekatkan bambu, karton, dengan pelepah pisang juga tidak terlalu rumit. Cukup menggunakan lem kayu. Setelah disatukan dan diberi warna yang menarik, media pembelajaran yang murah, mudah dibuat, dan ramah lingkungan pun tercipta. ''Kalau sudah jadi, kita bisa pakai ini sebagai media belajar.
Daun pisang, daun jati dan biji-bijian, seperti buncis, bisa dijadikan media pembelajaran pada pembelajaran matematika SD maupun SMP. Penggunaan media buncis lebih praktis dan efektif untuk menanamkan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sedangkan daun pisang maupun daun jati atau daun-daun pohon yang lain bisa digunakan sebagai media pembelajaran bagun sisi datar. Terutama untuk mejelaskan konsep luas segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran. Dengan media dedaunan kita bisa menurunkan atau menemukan rumus luas jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang. Caranya, gunting bangun datar tersebut sedikian rupa hasilnya bisa disusun membentuk persegi panjang.
Selain itu, media daun bisa juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana hubungan sudut pusat suatu lingkaran dengan sudut kelilingnya. Dan media daun meski terbatas pada ukuran tertentu, ternyata bisa juga digunakan untuk menunjukkan jaring-jaring bagun ruang seperti kubus, balok, prisma, limas, dan kerucut.
Dedaunan dan biji-bijian mudah dijumpai dalam realitas keseharian siswa. Sehingga pembelajaran yang menggunakan media dedaunan dan biji-bijian secara sengaja atau tidak telah menghadirkan nuansa pembelajaran yang realistis yang kontekstual. Dan media dedaunan dan biji-bijian lebih mudah diperoleh serta tidak harus membeli. Sementara itu, media karton atau mika sedikit banyak harus mengeluarkan uang, apalagi multimedia. Jadi, selain murah meriah, ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui, ternyata media pembelajaran organik tidak bertentangan dengan seruan KTSP. Sehingga tidak berlebihan bila dedaunan dan biji-bijian sebagai media pembelajaran alternatif ditengah naiknya harga BBM dan melambungnya harga bahan pokok makanan.
PEMBELAJARAN OPERASI ALJABAR DENGAN MEDIA DAUN
Pembelajaran operasi aljabar melalui pembelajaran dengan menggunakan media daun ini dimulai dengan penyusunan langkah-langkahnya sebagai berikut :
Alat dan Bahan yang Diperlukan :
1. Daun Mangga
2. Daun Jambu
3. Daun Rambutan
mengumpulkan tiga jenis daun ini dengan jumlah masing-masing 20 lembar. Daun tersebut harus dengan tangkainya. Piranti lainnya adalah tali rafia, selotif, gunting, pisau, spidol kertas, dan bolpoint.
Petunjuk Menyelesaikan Operasi Pada Bentuk Aljabar dengan Menggunakan Media Daun Sebagai Berikut :
Misalkan media daun yang digunakan sebagai berikut.
Lambang Nama Daun
x Daun Mangga
y Daun Jambu
z Daun Rambutan
Dapat digunakan dalam operasi :
1). Penjumlahan
a). Suku dengan koefisien positif dilambangkan dengan daun tegak, sedangkan suku dengan koefisien negatif dilambangkan dengan daun dalam posisi terbalik.
b). Menjumlahkan suku sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun sejenis. Misalkan 3x + 2x berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, hasilnya 5 daun mangga..Artinya 3x + 2x = 5x.
c). Menjumlahkan suku sejenis tetapi berlainan koefisien berarti mengurangkan. Misalkan z + (–2z) berarti 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (posisi terbalik), hasilnya 1 daun rambutan yang posisinya terbalik. Hal tersebut diartikan z + (–2z) = – 1z = –z.
d). Menjumlahkan suku tidak sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun-daun yang sejenis. Misalkan 3x + z + 2x + (–2z) berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, sedangkan 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (terbalik). Hasilnya 5 daun mangga dan 1 daun rambutan (terbalik). Ini berarti 3x + z + 2x + (–2z) = 5x + (–z) = 5x – 2z.
2). Pengurangan
Mengurangkan berarti menjumlahkan dengan kebalikannya. Misalkan 2x – 5x diubah menjadi 2x + (–5x). Artinya 2 daun mangga digabungkan dengan 5 daun mangga (terbalik). Hasilnya 3 daun mangga terbalik, artinya 2x – 5x = –3x. Sedangkan –3y + 4z – (–2y) diubah menjadi –3y + 4z +2y berarti 3 daun jambu (terbalik) digabungkan dengan 2 daun jambu hasilnya 1 daun jambu (terbalik), sedangkan 4 daun rambutan tetap. Artinya –3y + 4z – (–2y) = –y + 4z.
3). Perkalian
a). Koefisien tidak dilambangkan dengan jumlah daun sehingga dalam perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien seperti operasi bilangan bulat.
b). Variabel dilambangkan dengan daun dalam posisi berjajar. Misalkan xy dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun jambu.
c). Tanda pangkat dilambangkan dengan daun yang diikat dengan tali rafia sebanyak pangkatnya. Misalkan x, x dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun mangga, dan selanjutnya dapat diwakili oleh satu daun mangga yang diikat dengan 2 tali (sama juga dengan dua daun mangga tersebut yang diikat jadi satu dengan 2 tali rafia). y2z dilambangkan dengan satu daun jambu yang diikat 2 tali dijajar dengan satu daun rambutan.
d). Dalam mengerjakan perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien sedangkan variabel dikalikan dengan variabel. Misalkan 3xz (–2z) berarti koefisiennya : 3 x (–2) = –6, sedangkan variabelnya: xz, dan z dilambangkan dengan satu daun mangga, satu daun rambutan, dan satu daun rambutan. Karena daun rambutan ada dua lembar, maka bentuk di atas menjadi satu daun mangga dan satu daun rambutan yang diikat dengan dua tali. Artinya 3xz x (–2y) = [3 x (–2)] [ xz x z ] = –6 xz2.
4). Pembagian
a). Pembagian variabel dilambangkan dengan pengurangan daun yang mewakili variabel yang dibagi oleh daun yang mewakili variabel pembagi. Variabel yang dibagi diletakkan di bagian atas sedangkan variabel pembagi diletakkan di bagian bawah. Misal x2y3z : x2y dilambangkan dengan 2 daun mangga, 3 daun jambu, dan 1 daun rambutan dikurangi dengan 2 daun mangga dan 1 daun jambu. Hasilnya adalah sisa pengurangan tersebut yaitu 2 daun jambu dan 1 daun rambutan. Jadi, x2y3z : x2y = y2z.
Cara lain: x2y3z : x2y dilambangkan dengan cara berikut.
Yang dibagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, daun pandan wangi diikat dengan 3 tali, dan satu daun rambutan.
Pembagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, dan satu daun jambu.
Hasilnya sama dengan cara sebelumnya.
5). Substitusi
a). Substitusi dilakukan dengan menempelkan kertas yang diberi angka pada daun yang maksud. Misalkan x = 3 dan y = –10 disubstitusikan pada –2x + z, maka dua daun mangga ditempeli kertas bertuliskan angka 3 dan satu daun rambutan ditempeli selotif bertuliskan angka –10. Hasilnya adalah (–2 3) + –6 + (–10) = –16.
b). Pengerjaan operasi gabungan tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat disesuaikan dengan urutan pengerjaan operasi pada bilangan.
Kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1) Dua suku atau lebih dapat ditambahkan atau dikurangkan jika variabelnya sama.
2) Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar.
3) Operasi perkalian dan pembagian antara dua suku atau lebih pada bentuk aljabar dikerjakan dengan cara koefisien dikali atau dibagi dengan koefisien, sedangkan variabel-variabel yang dapat disederhanakan adalah variabel-variabel sejenis. Variabel yang tidak sejenis tetap eksis.
4) Hasil perkalian dan pembagian dua variabel atau lebih dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu bentuk pangkat.
5) Tingkatan operasi pada bentuk aljabar sama dengan tingkatan operasi bilangan, yaitu:
a). pangkat dan akar
b) kali dan bagi
c). tambah dan kurang
.
http://blog.unila.ac.id/imadesulatra/archives/213
http://belajarmatematikaitumudah.blogspot.com/
http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaran-matematika/ [...]
http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=111983
Mengajar matematika merupakan suatu karsa dengan nila seni tinggi. Matematika sebagai mata pelajaran dengan kategori ”momok” bagi sebagian siswa (meskipun belum tentu yang paling sulit) menuntut guru matematika mau dan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang mujarab. Perlu kepedulian terhadap siswa dan kejelian terhadap kemampuannya dengan detail yang tinggi.
Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam seni mengajar untuk ”membekali” siswa dengan matematika kontemporer yang sesuai. Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam usaha memotivasi siswa, terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas, yang sering kita jumpai dalam kelas.
Kebanyakan guru mempunyai kiat tersendiri dalam mengajar. Namun, guru yang cermat selalu mencari ide dan teknik baru untuk diterapkan di kelasnya
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
PEMANFAATAN MEDIA DAUN
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
TV dan DVD player tidak bisa dimanfaatkan, mungkin saja di sekolah tidak ada yang bisa mengoperasikan media itu. Bila benar begitu, tentu hal ini kedengarannya aneh. Sebab di zaman yang maju seperti yang kita ketahui bersama, ternyata ada sekolah yang penghuninya tidak bisa mengoperasikan TV dan DVD player. Padahal kedua barang tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat kota hingga ke pelosok desa. Tetapi bila TV dan DVD tidak bisa dimanfaatkan karena diamankan dirumah pengelolah sekolah, dengan alasan keamanan, maka alasan itu tentu bisa diterima. Walau ada juga yang tidak setuju dengan alasan semacam itu.
Media pembelajaran yang harganya mahal memang membutuhkan pengamanan yang lebih agar tidak dijarah pencuri. Selain masalah pengamanan, media pembelajaran yang harganya mahal perlu perawatan yang intensif. Sebab media yang mahal biasanya berupa barang elektronik. Bila salah dalam perawatan, maka media elektronik tersebut tidak akan berumur panjang.
Berbeda dengan media pembelajaran elektronik yang harganya mahal, media pembelajaran organik dengan bahan baku dari dedaunan dan biji-bijian harganya murah meriah. Selain itu, ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Murah, karena tidak harus membeli. Bahan-bahannya mudah di dapat. Terutama bagi yang tinggal dipedesaan. Ramah lingkungan, karena bahan organik mudah diurai oleh bakteri. Mudah diperbaharui, karena bila selesai dipakai bahan-bahan itu bisa didapatkan dengan mudah. Dan tumbuh subur ketika musim penghujan.
DAUN DAN PELEPAH PISANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BANGUN DATAR
Media pembelajaran berbahan dasar pelepah daun pisang ini mereka kembangkan di kelas IV SD Sagan. Alat peraga materi bangun datar dan bangun ruang yang mereka ciptakan bentuknya sama dengan alat peraga yang biasa digunakan. ''Tidak ada kesulitan. Ini sama dengan yang biasa ada di pasaran kok. Bedanya cuma material untuk membuatnya,'' katanya.
Menurutnya, pelepah pisang adalah material yang sangat potensial. Jumlahnya banyak dan bisa didapat dengan mudah. ''Tapi belum banyak dimanfaatkan. Bahkan lebih banyak terbuang. Dengan memprosesnya kembali menjadi barang lain, semoga nilainya bertambah,'' harapnya.
Selain jauh lebih murah, pelepah daun pisang juga aman bagi anak-anak. ''Tidak akan menimbulkan cedera,'' tambahnya singkat. Untuk membuat alat peraga bangun datar dan bangun ruang, tidak sembarang pelepah bisa digunakan. Pohon pisang yang digunakan adalah yang buahnya sudah dipanen dan punya batang berkualitas baik. Pelepah yang digunakan adalah pelepah bagian luar hingga pelepah kelima pada batang pohonnya. ''Setelah pelepah kelima tidak kami pakai karena terlalu lunak dan lemas,'' tutur Fina. Batang yang sudah dipilih dibuat lembaran tipis dan dijemur hingga benar-benar kering di bawah sinar matahari.
''Menjemur hingga benar-benar kering penting agar nantinya pelepah tidak berjamur,'' terangnya. Bila pelepah sudah benar-benar kering, pelepah dilapisi melamin dan diwarnai agar tampilannya lebih menarik. ''Ada juga yang kami tambahkan karton pada sisinya agar kuat dan bentuknya bagus. Kami juga membutuhkan bambu untuk rangka bangun ruang,'' ujarnya. Merekatkan bambu, karton, dengan pelepah pisang juga tidak terlalu rumit. Cukup menggunakan lem kayu. Setelah disatukan dan diberi warna yang menarik, media pembelajaran yang murah, mudah dibuat, dan ramah lingkungan pun tercipta. ''Kalau sudah jadi, kita bisa pakai ini sebagai media belajar.
Daun pisang, daun jati dan biji-bijian, seperti buncis, bisa dijadikan media pembelajaran pada pembelajaran matematika SD maupun SMP. Penggunaan media buncis lebih praktis dan efektif untuk menanamkan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sedangkan daun pisang maupun daun jati atau daun-daun pohon yang lain bisa digunakan sebagai media pembelajaran bagun sisi datar. Terutama untuk mejelaskan konsep luas segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran. Dengan media dedaunan kita bisa menurunkan atau menemukan rumus luas jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang. Caranya, gunting bangun datar tersebut sedikian rupa hasilnya bisa disusun membentuk persegi panjang.
Selain itu, media daun bisa juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana hubungan sudut pusat suatu lingkaran dengan sudut kelilingnya. Dan media daun meski terbatas pada ukuran tertentu, ternyata bisa juga digunakan untuk menunjukkan jaring-jaring bagun ruang seperti kubus, balok, prisma, limas, dan kerucut.
Dedaunan dan biji-bijian mudah dijumpai dalam realitas keseharian siswa. Sehingga pembelajaran yang menggunakan media dedaunan dan biji-bijian secara sengaja atau tidak telah menghadirkan nuansa pembelajaran yang realistis yang kontekstual. Dan media dedaunan dan biji-bijian lebih mudah diperoleh serta tidak harus membeli. Sementara itu, media karton atau mika sedikit banyak harus mengeluarkan uang, apalagi multimedia. Jadi, selain murah meriah, ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui, ternyata media pembelajaran organik tidak bertentangan dengan seruan KTSP. Sehingga tidak berlebihan bila dedaunan dan biji-bijian sebagai media pembelajaran alternatif ditengah naiknya harga BBM dan melambungnya harga bahan pokok makanan.
PEMBELAJARAN OPERASI ALJABAR DENGAN MEDIA DAUN
Pembelajaran operasi aljabar melalui pembelajaran dengan menggunakan media daun ini dimulai dengan penyusunan langkah-langkahnya sebagai berikut :
Alat dan Bahan yang Diperlukan :
1. Daun Mangga
2. Daun Jambu
3. Daun Rambutan
mengumpulkan tiga jenis daun ini dengan jumlah masing-masing 20 lembar. Daun tersebut harus dengan tangkainya. Piranti lainnya adalah tali rafia, selotif, gunting, pisau, spidol kertas, dan bolpoint.
Petunjuk Menyelesaikan Operasi Pada Bentuk Aljabar dengan Menggunakan Media Daun Sebagai Berikut :
Misalkan media daun yang digunakan sebagai berikut.
Lambang Nama Daun
x Daun Mangga
y Daun Jambu
z Daun Rambutan
Dapat digunakan dalam operasi :
1). Penjumlahan
a). Suku dengan koefisien positif dilambangkan dengan daun tegak, sedangkan suku dengan koefisien negatif dilambangkan dengan daun dalam posisi terbalik.
b). Menjumlahkan suku sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun sejenis. Misalkan 3x + 2x berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, hasilnya 5 daun mangga..Artinya 3x + 2x = 5x.
c). Menjumlahkan suku sejenis tetapi berlainan koefisien berarti mengurangkan. Misalkan z + (–2z) berarti 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (posisi terbalik), hasilnya 1 daun rambutan yang posisinya terbalik. Hal tersebut diartikan z + (–2z) = – 1z = –z.
d). Menjumlahkan suku tidak sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun-daun yang sejenis. Misalkan 3x + z + 2x + (–2z) berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, sedangkan 1 daun rambutan digabungkan dengan 2 daun rambutan (terbalik). Hasilnya 5 daun mangga dan 1 daun rambutan (terbalik). Ini berarti 3x + z + 2x + (–2z) = 5x + (–z) = 5x – 2z.
2). Pengurangan
Mengurangkan berarti menjumlahkan dengan kebalikannya. Misalkan 2x – 5x diubah menjadi 2x + (–5x). Artinya 2 daun mangga digabungkan dengan 5 daun mangga (terbalik). Hasilnya 3 daun mangga terbalik, artinya 2x – 5x = –3x. Sedangkan –3y + 4z – (–2y) diubah menjadi –3y + 4z +2y berarti 3 daun jambu (terbalik) digabungkan dengan 2 daun jambu hasilnya 1 daun jambu (terbalik), sedangkan 4 daun rambutan tetap. Artinya –3y + 4z – (–2y) = –y + 4z.
3). Perkalian
a). Koefisien tidak dilambangkan dengan jumlah daun sehingga dalam perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien seperti operasi bilangan bulat.
b). Variabel dilambangkan dengan daun dalam posisi berjajar. Misalkan xy dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun jambu.
c). Tanda pangkat dilambangkan dengan daun yang diikat dengan tali rafia sebanyak pangkatnya. Misalkan x, x dilambangkan dengan daun mangga dijajar dengan daun mangga, dan selanjutnya dapat diwakili oleh satu daun mangga yang diikat dengan 2 tali (sama juga dengan dua daun mangga tersebut yang diikat jadi satu dengan 2 tali rafia). y2z dilambangkan dengan satu daun jambu yang diikat 2 tali dijajar dengan satu daun rambutan.
d). Dalam mengerjakan perkalian, koefisien dikalikan dengan koefisien sedangkan variabel dikalikan dengan variabel. Misalkan 3xz (–2z) berarti koefisiennya : 3 x (–2) = –6, sedangkan variabelnya: xz, dan z dilambangkan dengan satu daun mangga, satu daun rambutan, dan satu daun rambutan. Karena daun rambutan ada dua lembar, maka bentuk di atas menjadi satu daun mangga dan satu daun rambutan yang diikat dengan dua tali. Artinya 3xz x (–2y) = [3 x (–2)] [ xz x z ] = –6 xz2.
4). Pembagian
a). Pembagian variabel dilambangkan dengan pengurangan daun yang mewakili variabel yang dibagi oleh daun yang mewakili variabel pembagi. Variabel yang dibagi diletakkan di bagian atas sedangkan variabel pembagi diletakkan di bagian bawah. Misal x2y3z : x2y dilambangkan dengan 2 daun mangga, 3 daun jambu, dan 1 daun rambutan dikurangi dengan 2 daun mangga dan 1 daun jambu. Hasilnya adalah sisa pengurangan tersebut yaitu 2 daun jambu dan 1 daun rambutan. Jadi, x2y3z : x2y = y2z.
Cara lain: x2y3z : x2y dilambangkan dengan cara berikut.
Yang dibagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, daun pandan wangi diikat dengan 3 tali, dan satu daun rambutan.
Pembagi : daun mangga yang diikat dengan 2 tali, dan satu daun jambu.
Hasilnya sama dengan cara sebelumnya.
5). Substitusi
a). Substitusi dilakukan dengan menempelkan kertas yang diberi angka pada daun yang maksud. Misalkan x = 3 dan y = –10 disubstitusikan pada –2x + z, maka dua daun mangga ditempeli kertas bertuliskan angka 3 dan satu daun rambutan ditempeli selotif bertuliskan angka –10. Hasilnya adalah (–2 3) + –6 + (–10) = –16.
b). Pengerjaan operasi gabungan tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat disesuaikan dengan urutan pengerjaan operasi pada bilangan.
Kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1) Dua suku atau lebih dapat ditambahkan atau dikurangkan jika variabelnya sama.
2) Sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat juga berlaku pada bentuk aljabar.
3) Operasi perkalian dan pembagian antara dua suku atau lebih pada bentuk aljabar dikerjakan dengan cara koefisien dikali atau dibagi dengan koefisien, sedangkan variabel-variabel yang dapat disederhanakan adalah variabel-variabel sejenis. Variabel yang tidak sejenis tetap eksis.
4) Hasil perkalian dan pembagian dua variabel atau lebih dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu bentuk pangkat.
5) Tingkatan operasi pada bentuk aljabar sama dengan tingkatan operasi bilangan, yaitu:
a). pangkat dan akar
b) kali dan bagi
c). tambah dan kurang
.
http://blog.unila.ac.id/imadesulatra/archives/213
http://belajarmatematikaitumudah.blogspot.com/
http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaran-matematika/ [...]
http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=111983
Langganan:
Postingan (Atom)